Tuesday, January 1, 2013

kualitas manusia

Sudah menjadi hal biasa, mahasiswa jika bertemu ada saja yang ditanyakan. Dalam suatu perbincangan tidak resmi, -----di luar ruang kuliah, mahasiswa menanyakan apa yang saya sebut sebagai manusia unggul. Pertanyaan itu muncul, karena beberapa waktu sebelumnya, dalam sebuah sambutan saya menyebut bahwa, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ke depan harus mampu melahirkan manusia-manusia unggul. Sebutan manusia unggul ini ternyata mendapatkan perhatian dari mereka yang hadir ketika itu.

Istilah manusia unggul tersebut memang sesungguhnya sudah saya lontarkan dalam beberapa kali kesempatan. Saya selalu mengatakan dalam berbagai kesempatan itu, bahwa visi saya hanya tiga jenis saja, yaitu pertama unggul, kedua unggul, dan ketiga unggul. Apa yang saya sampaikan tersebut ternyata melahirkan kesan tersendiri di kalangan sementara mahasiswa, hingga mereka mengklarifikasi lewat kesempatan yang tidak resmi itu. Mereka itu ingin tahu, apa yang saya sebut sebagai manusia unggul itu.

Merespon pertanyaan mahasiswa itu saya kemudian menjelaskan bahwa, lembaga pendidikan, apalagi lembaga pendidikan Islam harus berhasil melahirkan manusia atau lulusan yang unggul. Sedangkan kualitas seseorang, ------unggul atau tidak, sesungguhnya bisa dilihat dari dua hal saja, yaitu pertama, siapa pergaulannya dan kedua, adalah jenis bacaannya. Saya mengatakan bahwa dari dua hal itu sebenarnya bisa diketahui kualitas seseorang, siapapun orangnya.

Saya mengatakan bahwa jika seseorang hanya bergaul dengan orang-orang yang hanya tamatan pendidikan sekolah dasar dan tidak memiliki pergaulan yang luas, maka orang tersebut bisa dibaca tingkat kualitasnya. Demikian pula, juga jenis bacaannya. Jika seseorang hanya membaca buku-buku seadanya dan misalnya koran tingkat lokal, dan bahkan tidak pernah membaca sama sekali, maka yang bersangkutan hanya setingkat itu, berkualitas rendah.

Sebaliknya, jika seseorang pergaulannya luas, katakanlah misalnya para peneliti, ilmuwan, pejabat dan bacaannya buku-bukiu terbitan baru, jurnal mutakhir, koran tingkat nasional, maka kualitas orang tersebut bisa dibaca, akan lebih tinggi. Dengan kualitas bacaannya itu, mereka akan berpandangan lebih luas dan sehingga juga kualitasnya lebih unggul. Lewat contoh sederhana ini, saya mempertegas bahwa keunggulan seseorang bisa dibentuk dan karena itu bisa dilihat dari dua hal tersebut, ialah pergaulan dan bahan bacaan yang secara rutin diikutiya.

Berangkat dari penjelasan itu, saya mengatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas lulusan kampus ini, maka yang harus ditingkatkan secara terus menerus tanpa henti adalah kualitas dosen dan perpustakaan. Para dosen adalah teman bergaul dan berkomunikasi bagi seluruh mahasiswa. Demikian pula perpustakaan adalah bagian atau tempat yang bertugas menyediakan bahan bacaan yang berkualitas. Jika kedua hal ini bisa diperbaiki, maka insya Allah kualitas mahasiswa dan lulusannya bisa meningkat.
Selanjutnya dalam kesempatan itu, saya mencoba untuk menanyakan kepada mahasiswa tersebut, dengan siapa pergaulan yang paling banyak mereka lakukan dan juga bahan bacaan apa yang paling banyak dipilihnya. Ternyata pertanyaan sederhana itu tampak tidak mudah dijawabnya. Salah seorang mahasiswa, menyebut nama teman dan jenis buku yang sering dibacanya. Dan ternyata, setelah saya klarifikasi intensitas pertemuannya juga tidak seberapa banyak.

Selanjutnya lewat dialog sederhana itu, saya menunjukkan bahwa sesungguhnya kita sebagai seorang muslim memiliki pergaulan dan bahan bacaan yang luar biasa hebatnya. Sehari-hari kita melakukan kegiatan ritual, yang menurut hemat saya adalah sebuah pergaulan atau komunikasi dengan Dzat Yang Maha Mulia, ialah Allah swt. Ritual itu sedemikian intensifnya, berupa kegiatan dzikir, sholat lima waktu, sholat sunnat, dan ungkapan-ungkapan kalimah mulia seperti tahmid, tahlil dan takbir, yang tidak terhitung banyaknya. Melalui ritual itu, sesungguhnya kita berkomunikasi dengan Dzat Yang Maha Mulia.

Melalui ritual itu, kaum muslimin dibimbing untuk mengingat sifat-sifat Allah dan Nama-Nama Allah yang sedemikian banyak dan indah. Jika sifat dan Nama-Nama Allah yang selalu diucapkan itu berhasil mewarnai pikiran, hati, dan perilaku kehidupan sehari-hari, maka kualitas kehidupan kaum muslimin akan luar biasa indahnya. Hanya sayangnya, sekalipun ritual itu dijalankan sehari-hari, seringkali ternyata kurang dihayati sepenuhnya.

Saya juga menambahkan bahwa sebagai seorang muslim, juga dibimbing untuk selalu membaca bahan bacaan yang amat mulia, ialah kitab suci al Qurán. Kaum muslimin boleh saja sehari-hari membaca berbagai bahan bacaan, seperti buku, jurnal, majalah, harian, tetapi selain itu hal yang tidak boleh dilupakan adalah membaca al Qurán. Jika kitab suci itu dibaca, dipahami, dan dihayati sepenuhnya maka, kehidupan seorang muslim akan berkualitas unggul dan mulia, karena sehari-hari telah membaca kitab yang unggul dan mulia, yaitu kitab yang berisi kalimat-kalimat mulia yang secara langsung dikirim oleh Tuhan, dengan perantaraan seorang rasul, yang disampaikan melalui Malaikat Jibril.

Atas dasar pikiran ini, maka keberagamaan seseorang semestinya sekaligus mengantarkannya pada tingkat kualitas kehidupan yang unggul. Kaum muslimin selalu berkomunikasi dengan Dzat Yang Maha Mulia dan juga membaca bacaan yang mulia pula. Oleh karena itu, jika sementara ini keunggulan itu belum berhasil diraih, mungkin hal itu hanya disebabkan oleh kualitas komunikasi (ritual yang dilakukan) maupun kualitas membacanya, masih perlu ditingkatkan. Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment